Selasa, 16 Februari 2010

Kamu Lempar Telpon Ke Muka Saya

Waduh andai aku sebernyali itu ya. Sayang orang tuaku selalu mengajarkan aku untuk selalu menghormati orang yang lebih tua (seberapapun menyebalkannya dia). Kalo ngga sudah kulempar gagang telp beneran dia.

Ceritanya masih berkaitan dengan 3000 kVA itu. Bu manager suruh aku cari info ke sales yang di Jakarta nama pabrik yang akan di supply dgn barang itu. si sales bilang itu bukan pabrik tapi semacam workshop repair trafo gitu. Kusampaikanlah info itu padanya.

Aku: “Bu, sales bilang juga ngga tau karena customernya sendiri bilang belum pasti 3000nya itu mo di suplai ke pabrik mana”.

Bu Manager: “GA MUNGKIN DIA GA TAU, IMPOSSIBLE ITU. KAMU ITU DISURUH TANYA GITU AJA NGGA BISA. MEMANG KALO ORANG BODOH YA BODOH! KAMU ITU BISANYA APA DIIIIIK?”

Aku: “Kalo ngga percaya, ibu tanya aja sendiri”

Aku letakkan gagang telp itu di meja sebelah, dan meneruskan kerjaanku. Bu Manager duduk disebelahku ambil ngoceh ngga karuan dan mengambil gagang telpon itu. Tiba-tiba….dia pukulkan gagang telpon itu ke lenganku.

Aku: (dengan emosi dan adrenalin yang mulai meninggi), “PUKUL, AYO PUKUL LAGI BU!" SEKALIAN AJA NANTI AKU LAPORKAN IBU KE POLISI” (Rupanya kata ‘polisi’ tadi cukup ampuh bikin nyalinya ciut, rasain!).

Bu Manager: (dengan suara yang ngga kalah tinggi) “LHA KAMU JUGA LEMPAR TELPON KE SAYA KOK!”.

Aku: (kemarahan yang sudah sampai di ubun-ubun) “KAPAN SAYA LEMPAR TELPON KE IBU? IBU AMBIL TELP ITU DI MEJA KAN? MALAH IBU TADI YANG PUKUL TANGAN SAYA”.

Untung tadi ada saksi yang melihat kejadian ini dari awal. Aku berusaha keras mengendalikan emosiku sampai kurasakan tubuhku gemetar menahan amarah yang membuat aku sendiri takut membayangkan apa yang bisa kulakukan dalam keadaan emosi seperti ini. Bu Manager mendapat jawaban yang sama dengan yang aku infokan ke dia tadi. Langsung dia tutup telpon dan suruh aku telpon sales itu lagi, tapi aku ngga gubris. akhirnya dia suruh teman yang kebetulan ada diruangan kami.

Bu manager masih ngeyel aja dengan ocehannya kalo aku lempar telpon kemukanya tadi. Bener-bener kok orang satu ini.

Bu Manager: “Kalo kamu bisa lempar telpon itu, saya juga bisa pukul kamu!”

Aku: “KALO UDAH MAEN FISIK, URUSANNYA LAIN LAGI BU! SAYA LAPORKAN IBU KE POLISI NANTI”

Aku cepat-cepat keluar ruangan untuk menghindari hal-hal yang mungkin malah akan merugikan aku sendiri kalo aku ga bisa mengendalikan diri.

Setelah hampir 15 menit aku ngga kembali, bu manager mengirim anak buahnya yang lain ‘menjemputku’. Aku bilang aku ngga mau ketemu dia sekarang. Ngga lama, dia kembali lagi.

Sales: “Ada gosip fitnah”.

Aku: “sapa yang difitnah?”

Sales: “Ya kamu lah, masa aku hehehee”. Dia cerita ke orang lain kalo kamu yang duluan lempar telpon, makanya dia pukul kamu tadi”.

Entah kenapa emosiku sedikit reda mendengar cerita itu. Aku malah ketawa . Bener-bener sarap bossku itu. Jelas-jelas ada saksinya lho, kok ya ngga sungkan memutar balik fakta gitu.

Ngga lama, terdengar langkah kaki mendekat. aku hapal sekali dengan langkah kaki itu. Aku yang sedang ngobrol (btw, saat itu sudah lewat jam kerja) langsung diem. Dan Bu manager muncul dengan dokumen ditangannya.

Bu Manager: “Dik, ini nanti tolong kamu fotokopi ya. Trus taruh aja dilaci mejaku. Besok aku mau bawa rapat”.

Percaya ngga, nada suaranya beda banget ddari sebelumnya. Sampe teman bilang, “Lho kok dia jadi baik ya?”. Dengan santai aku bilang, “mungkin takut kulaporkan ke polisi kali” huahahahaa…

Tidak ada komentar: